Beberapa waktu paling akhir, pengakuan jika media bikin akan menjumpai senjakalanya makin ramai dikatakan. Di banyak negara, media-media besar roboh & putuskan berhenti keluar. Di Indonesia, bukti seperti itu sering dikesampingkan dgn lihat akses pembaca media bikin yang masih tinggi. Masih jarang-jarang riset di Indonesia yang dapat tunjukkan jika media bikin memang menjumpai saat terakhir kalinya.
Tetapi di tahun 2015 hingga 2016, satu-persatu media bikin berguguran. Jika dibanding beberapa tahun awalnya, realita ini pasti benar-benar menegangkan. Dlm catatan akhir tahunnya, Aliansi Jurnalis Berdiri sendiri mengacu data Nielsen yang mengatakan jika dari 117 media massa yang disaksikan, enambelas unit media sudah gulung tikar pada 2015. Sesaat untuk majalah dari 170 sekarang tersisa 132 majalah. Beberapa media bikin yang berhenti keluar salah satunya ialah:
Dengan sah, Cahaya Keinginan akan akhiri penerbitannya baik bikin atau daring pada 1 Januari 2016. Dari beberapa media bikin yang berhenti keluar tahun ini, Cahaya Keinginan ialah yang paling tua umurnya. Koran ini adalah salah 1 dari tiga imperium media besar (tidak hanya group Kompas & Tempo) di dekade 1980an. Dlm catatan David Hill di buku Wartawan di Waktu Orde Baru (2011), di dekade 1970an, koran ini jadi media dgn jumlahnya eksemplar & penerimaan ikan paling besar ke-2 sesudah Kompas.
Paling tidak 4 kali media ini diberedel. Perdana di tahun 1965, dua hari sesudah momen 30 September, tahun 1973 saat menyampaikan info mengenai Perancangan Budget Penghasilan & Berbelanja Negara, tahun 1978 saat menerbitkan berita-berita sekitar pemilu yang dipandang membuat kondisi politik tidak konstan, & beredel ke empat di tahun 1986. Cahaya Keinginan jadi media perdana yang diberedel dibawah ketentuan Surat Izin Usaha Penerbitan Wartawan (SIUPP) yang baru & baru keluar tahun 2001.
Harian Bola keluar tujuh Juni 2013. Sesaat harian ini diedarkan, pengelolanya masih menerbitkan Tabloid Bola yang sudah pernah jadi media olahraga paling besar di Indonesia. Dlm pengantar edisi paling akhir keluar pada 31 Oktober 2015, redaksinya menulis jika “mengelola Harian Bola benar-benar pengalaman indah & mengasyikan, keindahan & kesenangan itu pasti juga dirasa oleh pembaca, konsumen setia, & rekanan usaha kami terkasih sepanjang seputar dua,lima tahun paling akhir ini.”
Menariknya, tutupnya Harian Bola ini dibarengi dgn pemecatan pada wartawan-wartawannya yang selanjutnya membuat situsweb bolaperjuangan.com. Situsweb ini berisi pengalaman-pengalaman wartawan Bola termasuk ketetapan menerbitkan Harian Bola yang dipandang seperti ketetapan yang salah.
Koran berbahasa Inggris yang perdana kali keluar pada duabelas November 2008 ini pada akhirnya putuskan untuk hentikan edisi cetaknya yang paling akhir keluar pada limabelas Desember 2015. Dlm pengantar redaksi berjudul ”A Last Hurrah.. And a New Beginning”, tidak diterangkan fakta kenapa Jakarta Globe putuskan berhenti keluar. Cuma dikit disinggung mengenai perjuangan mereka menerbitkan edisi bikin sepanjang tujuh tahun terakhir. Sesudah putuskan berhenti keluar, Jakarta Globe akan konsentrasi dlm edisi daring.
Tidak ada keterangan yang sah dari Koran Tempo mengapa semenjak sebelas Oktober 2015 edisi hari Minggu di stop penerbitannya. Cuma ada e-mail pada beberapa pelanggannya yang menyebutkan jika edisi hari Minggu akan dikombinasi dgn edisi hari Sabtu. Dlm artikel di Pindai.org, pemimpin redaksi Koran Tempo Daru Priyambodo menyebutkan jika oplah bikin mereka untuk hari kerja & hari Minggu njomplang. Di hari kerja, oplah sekitar konstan di angka 80-90 ribu eksemplar, sesaat pada hari Minggu cuma sekitar di angka 60 ribu eksemplar. Keadaan ini membuat susahnya faksi Koran Tempo menyokong biaya produksi bikin yang terus bertambah.